Jumat, 01 Juni 2012

ibu kandungku seorang pecandu


Namaku riri, aku diadopsi orang tuaku yang sekarangketika aku masih berumur 5 minggu. Sebelum itu kata mama – papa aku tinggal dipenitipan bayi rumah sakit. Suster – suster di sana memanggilku “babi arina”. Karena kata mereka, aku sempat terlilit ari – ari ketika aku lahir.
Mama – papa kemudian mengganti namaku menjadi riri. Merka nggak punya anak perempuan sebelumnya, tapi punya seorang anak laki – laki bernama rangga yang kemudian menjadi kakakku. Dan kami pun menjadi satu keluarga yang bahagia. Sejak awal aku sudah siberi tahu bahwa aku adalah anak adopsi, even sebelum aku belum tahu  apa artinya. Tapi mama – papa sering bilang,meskipun aku bukan anak kandung merka, papa – mama tetap orang tuaku yang sebenarnya dan amat sayang padaku.
Ketika aku bertanya pada mama tentang orang tua kandungku, mama hanya bilang kalau  ayah kandungku sudah meninggal ketika aku masih dalam kandungan, dan ketika melahirkanku, ibu sakit parah dan harus segerah mendapat perawatan ekstra, itulah sebabnya mengapa aku dititipkan dirumah sakit.
Waktu umurku 16 tahun aku sering bertanya – Tanya kenpa ibu kandungku nggak perna memberi kabar kepadaku. Aku kemudian bertanya pada mama dan betapa kagetnya aku ketika mama bilang bahwa ibu sebetulnya sering menuliskan surat bahkan sering mengirimkan kartu ulang tahun untukku.
Tiba – tiba mama mengeluarkan satu dus berukuran sedang dari lemari baju yang ada dikamarnya, dam menunjukkan surat - surat dan kartu – kartu itu. Aku kaget dan sangat marah pada mama. Tapi kemudian menjadi sedih dan mengerti mengapa mama nggak pernah memberikan benda – benda itu kepadaku. Mama takut aku pergi dari rumah dan memutuskan tinggal bersama ibu dan meninggalkan mama, yang sangat sayang kepadaku seperti anak kandungnya sendiri.
Malam itu surat dan kartu dari ibu aku buka satu – satu. Aku baca perlahan – lahan dan aku perhatikan kesamaan bentuk tulisan  mirip. Lucuhnya nih, ternyata ibu juga sering memakai istilah – istilah yang aku gunakan. Hmmm, mungkin ini kali ya yang namanya felling antara ibu dan anak.
Kartu ucapan terakhir dari ibu adalah kartu ucapan ulang tahunku yang ke 13. Setrlah itu ibu nggak pernah lagi menuliskan surat untukku. Aku juga perhatiakan hampir disemua suratnya diakhiri dengan  “titi dan peluk cium hangat untuk riri” . aku ingat jelas, ketika aku kecil mama sering memeluk dan menciumku, dan bilang bahwa peluk dan cium hangat itu dari seseorang yang sangat special.
Selama aku tinggal disebuah keluarga yang harmonis. Papa – mama dan kak rangga sangat sayang kepadaku walaupun aku hanya anak adopsi. Aku juga sayang dan sangat menghormati mereka. Biar bagaimanapun mereka adalah keluargaku walaupun kami ngga punya hubungan darah………………………
Ketika aku merayakan ulang tahun yang ke 17 mama dan papa memberiku kado kejutan. Mereka bilang bahwa ini adalah adalah saat yang tepat aku harus bertemu dengan ibu. My good , bukanya aku ngga ingin bertemu orang tuaku kandungku tapi aku masih merasa belum siap. Ada berjuta perasaan lainnya yang bercampur aduk di dada. Aku gembira, pasti! Tapi aku juga deg – degan. Apa aku sendiri cukup siap untuk bertemu denganya? Tuhan tolong aku
Akhirnya hari- H itu tiba juga. Aku pasrakan semuanya pada tuhan. Aku hanya minta diberi kekuatan supaya bisa melewati hari ini dengan tenang.
Mama menemaniku hari itu. Sebelum berangakat papa sempat memelukku dan berpesan bahwa aku harus kuat menerima semuanya dengan lapang dada, karena nggak ada orang yang dilahirkan sempurnah. Aku mengangguk perlahan dan membalas pelukannya, tanpa begitu mengerti apa maksud papa.
Sepanjang perjalana aku hanya diam, begitu juga mama. Tapi ia memegang tanganku dengan erat, seolah – olah ingin mengatakan sesuatu bahwa ia sangat sayang kepadakudan ngga ingin kehilanga aku. Aku membalas dengan  erat genggaman dan mengatakan betapa aku sayang padanya…………………..
“kok kita kesini, ma? Tanyaku heran. Kita mau ketemu ibumu kan? Jawab mama, kalem
Aku  bingung, tapi segerah berfikir mungkin ibu seorang perawat medis ditempat ini. Kalau ia kenapa ibu harus menitipkan aku dirumah sakit yang akhirnya diadopsi sama orang lain. Ibu sungguh tega itu yang ada dalam pikiranku sekarang. Aku mengikuti mama masuk perawatan yang ada dalam gedung itu Tanpa banyak bicara. Karena aku harus menyiapkan hatiku untuk bertemu ibu. Lalu  kami diantar kesuatu ruangan oleh petugas jaga disana. Setelah sampai diruangan berwarna putih itu, mama langsung meninggalkanku sendirian  dan akan menungguku diluar. Mama juga bilang, aku harus kuat menghadapi ini dan menerima adanya semuanya. Bahwa aku sudah besar, dan mama percaya kalau aku nggak akan mengecewakan siapa – siapa
Tuhan aku bingung, kenapa papa dan mama berkata yang sama?. Akau nggak ingin menghadapi ini sendirian, tapi aku nggak punya pilihan lain. Kupeluk mama erat – erat sebelum ia keluar diruanagn itu. Dan masih bisa kulihat matanya berkaca – kaca sewaktu ia keluar meninggalkan ruangan itu.
Sekitar 5 menit aku menunggu dengan cemas, akhirnya pintu itu terbuka juga. Dan kulihat sosok nyata yang selam ini begitu midterius untukku. Ibukku, begitu mudah kukenali karena ternyata ia begitu mirip denganku. Tapi yang membuatku bingun, kok kenapa ibu memakai baju seperti pasien pusat rehabilitas?.
“riri”? katanya pelan sambil tersnyum.
Aku mengangguk.
“ini ibu, ri. Akhirnya ibu bisa katemu kamu juga … ibu senang meliat kamu sudah tumbuh besar dan cantik,” katanya pelan sambil tersenyum.
Aku biarka ibu memelukku dan membalasnya sedikit canggung. Baru setelah ia memelukku dengat selamalima detik aku membalas pelukan ibu dan berkata perlahan, riri kangen sama ibu.
kami menangis dan banyak bercerita hari itu. Tapi yang paling mengejutkan adalah kenyataan tenttang siapa ibu kandungku sebenarnya.
Ibu ternyata adalah pasien yang ada ditempat itu. Ia dirawat karena sudah kecanduan narkoba bahkan sebelum mengandungku sampai sekarang. Itulah sebabnya kenapa kemudian aku aku dipisahkan darinya. Dan ternyata mama dan papa  aku yang sekarang adalah teman baik ibu sewaktu kuliah dulu. Makanya ibu sangat percaya pada mereka.
Sepulang dari pusat rehabilitas, aku berpikir tentang kenyataan yang baru saja aku hadapi . aku sedih mendengar cerita ibu, tapi aku nggbisa berbuat apa – apa. Aku pikir ibu adalah seorang dewasa yang bisa mengambil keputusan sendiri dan mungkin inilah keputusan yang ia ambil. Ibu tampak begitu kurus dan matanya cakung. Ia tampak kesakitan. Dan ia berkata bahwa ibu ingin sembuh dan lepas  dari jeratan narkoba.
Aku akan menunggu  dengan sangat sabar saat itu. Aku berjanji akan rajin menengok ibu di tempat itu. Tapi untu saat ini aku akan menjalani kehidupanku yang sekarang bersama mama, papa, dan kak rangga yang menyayangiku dan menganggapku seperti darah daging merekas endiri,, aku sayany ibu.
                                                                                                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar